UMSurabaya Kukuhkan Dua Guru Besar Baru

  • Whatsapp
Img 20251023 Wa0128

SURABAYA, Nusantaraabadinews.com – Dua dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) dikukuhkan sebagai guru besar, yakni Prof. Dr. Dra. Sujinah, M.Pd. dan Prof. Dr. Pipit Festi Wilyanarti, S.KM., M.Kes.

Prosesi pengukuhan berlangsung khidmat di Auditorium At-Tauhid Tower lantai 13 UM Surabaya, Kamis (23/10).

Bacaan Lainnya

Rektor UM Surabaya Mundakir menyampaikan rasa syukur atas bertambahnya jumlah guru besar di lingkungan kampus.

“Alhamdulillah, yang sudah ada guru besar di kami ada 12, dan ditambah dua yang dikukuhkan hari ini menjadi total 14 guru besar,” ujarnya.

Menurutnya, kehadiran dua profesor baru ini akan memperkuat atmosfer akademik dan riset di UM Surabaya.

“Kami berharap atmosfer akademik di UM Surabaya makin tumbuh dan berdampak. Peran guru besar kami harapkan tidak hanya berhenti di jurnal, tetapi juga menghadirkan solusi nyata bagi masyarakat melalui riset terapan,” terang Mundakir.

Mundakir mengatakan pihaknya menargetkan 10 persen dari total dosen UM Surabaya meraih jabatan akademik tertinggi tersebut.

“Kalau dosen kami sekitar 400 orang maka targetnya sekitar 40 guru besar. Target ini memang besar, tetapi akan kami capai secara bertahap,” ujarnya.

Dia mengungkapkan saat ini dua dosen tengah berproses menuju guru besar dan sekitar sepuluh dosen sudah memenuhi syarat.

Untuk mempercepat proses tersebut, kampus membentuk tim percepatan dan pendampingan publikasi ilmiah.

“Ini bagian dari program akselerasi agar dosen yang sudah eligible lebih siap mengajukan guru besar,” katanya.

Prof Dr Pipit Festi Wilyanarti dalam orasinya memperkenalkan konsep Health Promoting Family, yakni keluarga yang tidak hanya menjadi penerima layanan kesehatan, tetapi juga penggerak perilaku hidup sehat di lingkungan sekitar.

“Kalau setiap rumah tangga menjadi health promoting family, maka komunitas sehat dan bangsa kuat akan lahir dengan sendirinya,” kata Pipit.

Konsep ini menekankan keterlibatan semua anggota keluarga, termasuk anak-anak, untuk berperan aktif menjaga kesehatan. Anak, misalnya, dapat mengingatkan jadwal imunisasi atau membantu orang tua memahami informasi medis digital.

Prof Pipit juga menyoroti rendahnya literasi kesehatan masyarakat Indonesia.

“Banyak keluarga tidak tahu cara membaca hasil pemeriksaan, memilih makanan bergizi, atau menggunakan aplikasi kesehatan,” imbuhnya.

Dia menegaskan pentingnya peran perempuan dalam perubahan perilaku kesehatan keluarga.

“Perempuan adalah pusat kehidupan. Ketika seorang ibu sehat dan berpengetahuan, satu keluarga akan selamat,” ujarnya lagi.

Melalui riset dan pengabdian masyarakatnya, Prof Pipit mengembangkan model pencegahan stunting berbasis Health Promoting Family di daerah pesisir Lamongan dan Madura, dengan hasil yang dinilai lebih efektif karena berbasis budaya lokal dan pemberdayaan keluarga.(**)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *