Pembangunan Gudang Tanpa Perencanaan Matang di Tambak Osowilangun Dituding Perparah Banjir: Alih Fungsi Lahan Jadi Sorotan

  • Whatsapp
Img 20251025 Wa0373

SURABAYA, Nusantaraabadinews.com, Sabtu (25/10/2025) —
Pembangunan kawasan pergudangan di Kelurahan Tambak Osowilangun, Kecamatan Benowo, Kota Surabaya, kembali menuai sorotan. Sejumlah pihak menilai, maraknya pembangunan gudang tanpa perencanaan matang telah mengabaikan aspek lingkungan hidup, terutama pengelolaan tata air, yang berpotensi besar memperparah risiko banjir di wilayah tersebut.

Kawasan yang dulunya dikenal sebagai daerah produktif dengan lahan tambak ikan dan garam, kini berubah drastis menjadi deretan bangunan pergudangan besar. Perubahan tata guna lahan yang masif ini terjadi sejak dekade 1980-an, saat investor mulai masuk dan melakukan alih fungsi lahan secara besar-besaran. Namun, proses tersebut dinilai tidak diikuti dengan kajian lingkungan yang komprehensif.

Img 20251025 Wa0371 Img 20251025 Wa0372“Dulu Tambak Osowilangun adalah kawasan tambak yang berfungsi sebagai daerah resapan air alami. Sekarang hampir seluruhnya tertutup bangunan gudang dan jalan beton. Air hujan yang seharusnya meresap kini mengalir langsung ke pemukiman warga,” ungkap salah satu warga setempat yang enggan disebutkan namanya.

Perubahan fungsi lahan tersebut dinilai tidak sejalan dengan semangat pembangunan berkelanjutan yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya, yang menegaskan bahwa kawasan Tambak Osowilangun merupakan wilayah strategis untuk pengembangan industri yang produktif, aman, dan ramah lingkungan.

Sayangnya, banyak proyek pembangunan di kawasan itu justru dinilai menyimpang dari ketentuan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Tidak sedikit gudang dibangun tanpa drainase memadai, sistem pengelolaan air hujan yang buruk, serta tanpa mempertimbangkan kapasitas saluran air eksisting di sekitarnya.

Akibatnya, ketika musim hujan tiba, wilayah sekitar sering tergenang. Air yang seharusnya dapat dialirkan melalui saluran menuju laut atau sungai utama, kini terhambat oleh bangunan permanen dan sistem drainase yang tidak terhubung. (Red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *