SURABAYA, Nusantaraabadinews.com – Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) mengembangkan Agri-Dash, dasbor analitik pertanian berbasis data yang membantu pemerintah daerah dan pelaku industri pertanian untuk memahami kondisi pertanian melalui visualisasi dan pemetaan komoditas.
Dasbor yang diuji coba akhir, Kamis (23/10/25) ini, mendapat respon positif dan mulai diimplementasikan di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Blitar.
Dosen Prodi Sain Data Terapan PENS, sekaligus sebagai ketua program pengembangan, Ronny Susetyoko, S.Si., M.Si,menyampaikan jika Agri-Dash v0.0 ini telah melalui beberapa fase uji coba.
“Sebelum uji coba akhir di 23 Oktober, kami telah melakukan pengujian pada akhir bulan September kemarin dan di awal Oktober,” ujar Ronny.
Pengujian awal pada Sabtu (25/09/25), tim peneliti memaparkan produk kepada Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Ir. M.
Krisna Triatmanto, M.Si, Kabag Administrasi Pembangunan, serta perwakilan dari Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo), DKPP, Camat Wates, dan perangkat kecamatan lainnya di Kabupaten Blitar.
Dan, dilanjutkan dengan user testing selama 3 hari dengan melibatkan ASN dan pejabat di lingkungan Pemda, DKPP, Kecamatan Wates, dan Kecamatan Doko.
“User testing kami lakukan agar dapat menilai sejauh mana dasbor analitik ini mampu mendukung proses pengambilan keputusan, kemudahan interpretasi data, serta kesesuaian informasi dengan kebutuhan kerja lapangan. Lalu, dipengujian berikutnya kami melakukan usability testing kepada 53 mahasiswa Sarjana Terapan Sains Data Terapan PENS semester 5,” ungkap Ronny.
Uji coba kedua ini lebih menitik beratkan pada aspek kemudahan penggunaan, efisiensi, serta kepuasan pengguna umum terhadap sistem dan tampilan dasbor.
Ronny berharap kedua uji coba ini akan menjadi bahan penyempurnaan sebelum Agri-Dash diimplementasikan secara penuh di lingkungan Pemerintah Kabupaten Blitar, khususnya di DKPP dan Diskominfo.
Ronny pun melanjutkan jika pasca pengujian kedua, terdapat beberapa perbaikan minor pada layout dan tampilan. Selebihnya performa dasbor terlihat mumpuni.
“Kami pun lantas melakukan beberapa perbaikan dan penyempurnaan. Dan kemarin telah kami sampaikan perbaikan itu agar dapat segera diimplementasikan di Kabupaten Blitar,” terangnya.
Kabupaten Blitar dipilih sebagai lokasi uji coba dan implementasi awal, mengingat potensi pertaniannya yang besar serta kontribusinya terhadap kinerja pertanian Jawa Timur.
Berdasarkan laporan perekonomian jawa timur tahun 2024, Kabupaten Blitar berperan penting sebagai salah satu sentra produksi pertanian, melalui berbagai komoditas unggulan di antaranya Padi (sawah), Jagung, Kacang Tanah, Tebu, Kelapa.
Dampak perubahan iklim menjadi salah satu tantangan kinerja pertanian di Jawa Timur. Agri-Dash v0.0 menampilkan peta komoditas tiap kecamatan, prediksi hasil tanaman pangan dan hortikultura, serta rekomendasi komoditas sesuai musim kemarau dan penghujan.
Dasbor ini memiliki nilai komersial yang besar dan berpotensi menjadi bagian integral dari platform digital daerah yang adaptif dan berbasis data.
Respon para pemangku kepentingan Kabupaten Blitar pasca uji coba akhir sangat positif. Pemerintah daerah menilai Agri-Dash sebagai langkah konkret menuju digitalisasi tata kelola pangan daerah.
Kepala DKPP Kabupaten Blitar, Ir. Setiyana, MM., mengapresiasi inovasi tersebut. DKPP bahkan menyambut baik rencana kerja sama lanjutan untuk mendukung penerapan pertanian presisi dan pengambilan keputusan berbasis data.
Ronny pun berharap inovasi ini menjadi awal kolaborasi berkelanjutan antara PENS dan pemerintah daerah.
“Ke depan jika implementasi di Kabupaten Blitar ini berjalan dengan baik, model serupa dapat direplikasi di kabupaten lain untuk memperkuat ketahanan pangan nasional,” jelasnya.
Agri-Dash v0.0 merupakan hasil nyata dari Program Hilirisasi Direktorat Hilirisasi dan Kemitraan, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi Sains, dan Teknologi.
Melalui dua platform utama yaitu Tableau dan Website, dasbor ini diharapkan menjadi fondasi menuju pertanian digital yang adaptif dan berkelanjutan, sekaligus mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) di bidang ketahanan pangan nasional.(**)






