Kisah Haru Penjual Gorengan Berangkat Haji

  • Whatsapp
Img 20250619 Wa0144
Pasangan jemaah haji asal Sumenep Nurul Hasanah dan Muhammad Latif berangkat haji Kloter SUB 24 di Asrama Haji Surabaya

SURABAYA, Nusantaraabadinews.com – Nurul Hasanah, jemaah haji kloter SUB 24, merasa sangat bersyukur dapat berangkat haji bersama suami tercinta, Muhammad Latif.

Pasangan suami istri (Pasutri) yang berasal dari Desa Banasare, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep Madura ini mendaftar haji tahun 2012 lalu.

Bacaan Lainnya

“Saya tidak menyangka berangkat haji dengan kondisi seperti sekarang ini. Tetapi ini adalah takdir terbaik Allah SWT untuk saya,” kata Nurul ketika ditemui di Asrama Haji Surabaya pada Kamis (19/06/25.

Img 20250619 Wa0144
Pasangan jemaah haji asal Sumenep Nurul Hasanah dan Muhammad Latif berangkat haji Kloter SUB 24 di Asrama Haji Surabaya

Nurul menuturkan ketika mendaftar haji tahun 2012 dulu, sang suami masih sehat dan sukses merantau di Malaysia.

“Setelah mulai merantau pada 2004, saat itu suami berhasil dengan usaha jual beli rumah di Malaysia,” imbuh wanita berusia 58 tahun ini.

Namun, ditengah kebahagiaan mereka saat itu, qadarullah tahun 2015 suaminya terkena serangan stroke.

“Saat itu dia masih di Malaysia. Semua pengobatan kami tanggung sendiri tanpa asuransi. Subhanallah, bisa dibilang kami habis-habisan menggunakan harta kami untuk pengobatan suami saat itu,” kenangnya dengan mata berkaca-kaca.

Serangan stroke Muhammad Latif (60 tahun) saat itu dikarenakan ada pembuluh darah ke otak yang pecah sehingga kepalanya perlu dioperasi.

“Saat itu saya sempat koma selama 15 hari. Biaya untuk operasi sekitar 500 juta rupiah kalau dikurskan dari ringgit, semua kami bayar sendiri,” ujar Latif disamping istrinya.

Setelah suaminya pulih, Nurul dan suami kembali ke Sumenep.

“Suami tidak bisa bekerja. Saya yang bekerja. Sehari-hari saya jualan gorengan seperti ote-ote dan pisang goreng. Rata-rata keuntungan yang saya peroleh perhari sekitar 20 ribu,” terang ibu dua anak ini.

Selain jualan keliling, Nurul juga berjualan diberbagai acara seperti pesta pernikahan, khitanan, atau pengajian umum.

“Kalau ada acara pesta, selain gorengan, saya jualan rujak. Lumayan bisa dapat keuntungan lebih banyak,” paparnya.

Ia menceritakan untuk pelunasan haji, Nurul berjuang semampunya agar dapat melunasi biaya hajinya dan suami.

Dua hari menjelang keberangkatannya, dia dan suami hanya memiliki uang seribu rupiah.

“Alhamdulillah, Allah SWT memberikan rezeki lewat saudara-saudara dan para tetangga yang memberi uang saku sebelum kami berangkat,” tuturnya.

Selama di Tanah Suci, Nurul merasa bersyukur karena kamar ia dan suami saling berdekatan dan satu lantai baik di Madinah maupun di Makkah.

“Pelayanannya enak, hotelnya bagus,” ujarnya singkat.

Dia juga menuturkan sebisa mungkin mendorong kursi roda suaminya sendiri.

“Ketika tawaf, saya naik mobil golf dengan biaya sekitar satu juta. Layanan ini resmi dari pemerintah Saudi. Pernah juga minta tolong ke sesama jemaah dengan membayar sebesar 500 ribu. Kalau membayar jasa dorong warga setempat, bagi saya terlalu mahal dengan harga sekitar 2 juta rupiah,” ungkapnya.

Sementara itu ketika proses ibadah di Armuzna, dia mendorong suaminya sendiri. Nurul bersyukur, ia dan suami diberi kesehatan sehingga dapat mengikuti semua rangkaian ibadah haji dengan baik.

“Meskipun dengan membawa suami berkursi roda, Alhamdulillah kami tidak sakit macam-macam. Hanya batuk pilek biasa,” katanya.

Selama berada di tanah suci, doa utama yang ia mohonkan adalah pengampunan dosa. Ia berharap dosa-dosanya dan keluarga mendapat ampunan dari Allah SWT.(**)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *