SIDOARJO, Nusantaraabadinews.com – Suasana duka menyelimuti Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny di Desa Buduran, Kabupaten Sidoarjo. Bangunan utama pesantren yang digunakan untuk kegiatan belajar para santri roboh mendadak pada Kamis malam (2/10/2025). Saat kejadian, sejumlah santri tengah berada di dalam ruangan untuk mengikuti kegiatan belajar malam hari.
Peristiwa tragis itu mengakibatkan puluhan santri menjadi korban, sebagian berhasil diselamatkan, sementara lainnya ditemukan meninggal dunia di antara reruntuhan bangunan. Tim SAR gabungan, BPBD, dan Polres Sidoarjo bersama warga sekitar langsung melakukan proses evakuasi hingga dini hari.

Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali, yang meninjau langsung lokasi kejadian, menyampaikan duka mendalam atas musibah tersebut.
“Kami turut berduka cita yang sedalam-dalamnya untuk keluarga korban. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo akan memastikan seluruh korban mendapat penanganan terbaik, baik yang luka maupun yang meninggal,” ujar Bupati Ahmad Muhdlor di lokasi kejadian, Jumat (3/10/2025).
Sementara itu, Kepala BPBD Jawa Timur, Gatot Soebroto, mengungkapkan dugaan sementara bahwa bangunan Ponpes Al-Khoziny mengalami kerusakan struktural akibat beban berlebih dan kondisi material yang sudah rapuh.
“Dari hasil pemeriksaan awal di lapangan, ada indikasi bangunan sudah mengalami penurunan kekuatan struktur. Dugaan kami, sebagian dinding dan atap tak mampu menahan beban tambahan dari lantai atas,” terang Gatot.
Ia menambahkan, BPBD Jatim bersama Dinas PU Cipta Karya akan melakukan investigasi mendalam terhadap penyebab pasti ambruknya bangunan tersebut.
“Kami akan melakukan audit struktur agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi di pesantren lain di Jawa Timur,” tambahnya.
Proses identifikasi korban kini menjadi fokus utama. Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur terus bekerja tanpa jeda di Posko DVI RS Bhayangkara Surabaya.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Jules Abraham Abast mengatakan, sejak Jumat pagi (3/10/2025), tim DVI sudah mulai memproses jenazah yang masuk.
“Mulai pagi tim DVI sudah menerima dan memproses jenazah yang masuk ke Posko DVI RS Bhayangkara Surabaya,” ujar Kombes Pol Abast.
Abast menyebut, tim DVI terdiri dari Biddokkes Polda Jatim, Pusdokkes Polri, dan Persatuan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) yang berkoordinasi penuh untuk mempercepat proses identifikasi.
Kabid Dokkes Polda Jatim, Kombes Pol. Dr. dr. Mohammad Khusnan Marzuki, didampingi Kasubbid Dokpol Biddokkes Polda Jatim AKBP dr. Adam Bimantoro, menjelaskan hingga Jumat malam, sudah 8 kantong jenazah diterima. Dari jumlah itu, lima jenazah telah teridentifikasi awal, meski masih perlu verifikasi data dari keluarga.
“Dari lima jenazah yang sudah kami identifikasi, masih diperlukan data tambahan dari pihak keluarga,” ujarnya.
Untuk memperkuat hasil identifikasi, tim DVI meminta keluarga korban menyerahkan data antemortem sebanyak mungkin, seperti foto terakhir, ciri pakaian, hingga barang pribadi. Pemeriksaan DNA juga disiapkan untuk memperkuat hasil pencocokan ilmiah.
“Selanjutnya sampel DNA akan segera kami kirim ke Pusdokkes Polri,” ungkap Khusnan.
Dari total 58 sampel yang diterima, 57 di antaranya telah diverifikasi dan siap diperiksa. “Jumlah ini bisa bertambah seiring laporan keluarga yang masuk,” jelasnya.
Khusnan juga menjelaskan bahwa metode identifikasi paling akurat dilakukan melalui rekam medis gigi. Namun, karena kondisi jenazah sudah lebih dari tiga hari, metode sidik jari sulit diterapkan.
“Tes DNA merupakan metode yang diakui internasional dan tidak terbantahkan. Prosesnya bisa cepat, sekitar tiga hari, namun juga bisa lebih lama tergantung kondisi sampel,” tegasnya.
Untuk mempercepat proses pencocokan, petugas DVI juga diterjunkan ke lokasi pesantren guna membantu keluarga korban melengkapi data identifikasi.
“Kami memahami betapa beratnya keluarga menunggu hasil identifikasi. Karena itu seluruh prosedur kami percepat agar kepastian dapat segera diberikan,” tutup Kombes Pol. Dr. dr. Mohammad Khusnan Marzuki.(**)






