Ditengah Fluktuasi Pasar, Ketua Kadin Surabaya Ajak Pebisnis Teladani Kearifan Buffett dan Munger

  • Whatsapp
Screenshot 20250505 220853 Chrome

SURABAYA, Nusantaraabadinews.com Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya H.M. Ali Affandi LNM mengatakan, sebagai seorang pebisnis, pengusaha harus memiliki keinginan kuat untuk belajar dan mau berguru demi kemajuan usahanya. Dalam pusaran strategi pasar yang terus berubah, mas Andi, panggilan akrab. H.M. Ali Affandi LNM mengajak pebisnis untuk menelaah buku Buffett and Munger Unscripted dan selalu menjadikannya sebagai pegangan dalam memperkuat fondasi berfikir.

Ia mengungkapkan, buku tersebut bercerita tentang kondisi di Omaha. Saat itu, ada ribuan orang berkumpul dalam Rapat Umum Pemegang Saham tahunan Berkshire Hathaway. Namun tahun ini terasa berbeda. Dari atas panggung sederhana, Warren Buffett -tokoh legendaris dunia investasi-mengumumkan pengunduran dirinya sebagai CEO.

“Pengumuman itu menandai akhir dari sebuah era dan membuka ruang refleksi atas warisan pemikiran yang telah ia bangun bersama sahabat setianya, Charlie Munger,” kata Mas Andi, Surabaya, Senin (5/5/2025).

Lebih lanjut ia menegaskan, buku tersebut bukan hanya kumpulan teori investasi, melainkan catatan otentik dari puluhan tahun diskusi langsung dua tokoh besar tersebut, yang menekankan logika sederhana, kedisiplinan, dan pemahaman mendalam terhadap sifat dasar manusia.

Pertama, Kesederhanaan yang Jenius

Ia menjelaskan, selama lebih dari setengah abad, Buffett dan Munger konsisten menekankan bahwa kunci keberhasilan justru terletak pada kesederhanaan. Alih-alih mengikuti tren dan teori investasi yang rumit, mereka fokus pada prinsip dasar yang mudah dipahami. “Buffett bahkan dikenal menggunakan analogi sederhana, seperti Mr. Market – tetangga moody yang menjual sahamnya setiap hari – untuk menjelaskan konsep pasar modal,” katanya.

Buffett sendiri masih tinggal di rumah yang ia beli pada 1958, sebuah refleksi dari filosofi hidup dan investasinya: hidup hemat, fokus pada yang esensial, dan menghindari kesia-siaan. Prinsip “circle of competence” atau lingkaran kompetensi juga menjadi andalan mereka, yaitu hanya mengambil keputusan di wilayah yang benar-benar dipahami. “Dengan menjaga hal-hal tetap sederhana, mereka mampu membuat keputusan besar dengan ketenangan dan kejelasan berpikir,” terangnya.

Screenshot 20250505 220901 ChromeKedua, Integritas Sebagai Fondasi Utama

Di balik kejayaan finansial mereka, nilai integritas menjadi landasan tak tergantikan. Buffett pernah berkata, “Butuh 20 tahun untuk membangun reputasi dan hanya lima menit untuk merusaknya” Ucapan ini terbukti dalam banyak keputusan penting, termasuk saat ia menyelamatkan Salomon Brothers dari skandal besar, menegaskan bahwa reputasi adalah harga mati.

“Buffett mencari tiga kualitas pada rekan kerja: integritas, kecerdasan, dan energi. Namun jika integritas tidak ada, dua lainnya justru bisa membawa kehancuran. Kemitraan Buffett dan Munger menjadi contoh teladan—nyaris tanpa konflik besar, dibangun di atas kepercayaan dan komunikasi yang jujur. Nilai-nilai ini telah menjadikan mereka figur yang bukan hanya dihormati karena hasil, tetapi juga karena karakter,” ungkapnya.

Ketiga, Menang dengan Ketekunan dan Kesabaran

Dalam dunia yang serba cepat, Buffett dan Munger menunjukkan bahwa kesabaran adalah kekuatan. Mereka percaya bahwa uang besar tidak datang dari transaksi cepat, melainkan dari kesabaran menanti waktu yang tepat. Ketika banyak orang panik saat krisis atau euforia saat pasar naik, mereka tetap tenang dan fokus pada nilai jangka panjang.

“Efek bunga majemuk yang mereka analogikan seperti bola salju yang bergulir perlahan, menjadi bukti bahwa pertumbuhan luar biasa dapat dicapai dengan ketekunan dan visi jangka panjang. Di sela waktu menunggu, mereka terus belajar- Munger bahkan menyebut dirinya berusaha ‘tidur lebih pintar daripada saat bangun pagi’,” ungkapnya

Ke-empat, Menjaga Kejernihan di Tengah Kebisingan

Di era informasi tanpa henti, kemampuan untuk berpikir jernih menjadi aset tak ternilai. Buffett dan Munger selalu mendorong pengambilan keputusan berdasarkan logika, bukan emosi. Mereka menghindari euforia pasar, memilih menjadi kontrarian jika dibutuhkan. Salah satu prinsip terkenalnya, “Jadilah takut saat orang lain serakah, dan serakahlah saat orang lain takut”.

Setiap sesi tanya jawab di Omaha menunjukkan kapasitas berpikir mereka yang luar biasa. Mereka mampu menyaring esensi dari berbagai informasi yang bertebaran, berfokus pada kualitas bisnis, karakter manajemen, dan nilai jangka panjang.

“Ini adalah sebuah Warisan yang lebih dari sekadar kekayaan. Pengunduran diri Buffett bukanlah akhir, melainkan permulaan dari perenungan tentang warisan sesungguhnya. Bukan soal berapa banyak aset yang ditinggalkan, melainkan nilai-nilai hidup yang diwariskan: kesederhanaan, integritas, ketekunan, dan kejernihan berpikir. Nilai-nilai ini tetap relevan, bahkan bagi mereka yang tidak berkecimpung di dunia investasi sekalipun,” ungkapnya.

Buffett pernah mengatakan, “Ukuran kesuksesan sejati adalah apakah orang yang kita cintai juga mencintai kita”. Ketika tirai kehidupan kelak tertutup, yang akan dikenang bukanlah jumlah kekayaan, tetapi cara kita menjalani hidup dan nilai-nilai apa yang kita pegang teguh.

Warisan Buffett dan Munger adalah ajakan untuk hidup secara bijak, jujur, dan rendah hati. Sebuah pertanyaan penting yang perlu kita renungkan, “Apa warisan yang akan kita tinggalkan untuk dunia ini ketika waktunya.(mad/hjr)

Dinas KOMINFO JATIM

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *